2013-06-04

RETARDASI MENTAL

A.  Pembahasan

a.       Sekilas Tentang Retardasi Mental

Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif ( W.F. Maramis, 2005 ).

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)  retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial ( Salmioah S, 2010 ).

Menurut American Association Mental Retardation (AAMR, 2002 ) retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual, social dan praktis. Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) retardasi mental adalah sama dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70( Salmioah S, 2010 ).

Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM III 1995) adalah

a.       Retardasi mental ringan (F.70) (debil)

IQ berkisar antara 50 sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan. umur mental 8 -11 tahun. dapat dilatih dan dididik. dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Pemahaman dan penggunaan bahasa hanya sedikit terlambat. tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa. pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD – 3 tahun) (Maslim, 2001 ; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983)

Di usia remaja kemampuan berbicara yang mempengaruhi kemandirian dapat menetap, namun untuk kebutuhan sehari hari kebanyakan dapat mandiri penuh dapat merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis, keterampilan rumah tanggadapat mempertahankan hubungan social dan berperan di masyarakat. Kesulitan biasanya dalam bidang akademis terutama dalam kemampuan membaca dan menulis. dalam keadaan cocok Mereka dapat bekerja mencari nafkah ketika dewasa, pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan yang rumit – tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. dan mereka dapat berumah tangga. tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.Sinonim: Feeble minded, moron hight grede defect, mild mental subnormality. (Maslim, 2001 ;Nuhriawangsa 2011)

b.      Retardasi mental sedang (F71) (imbecile ringan)

Antara IQ 35 hingga 49 umurmental 4 – 8 tahun. Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable &Educable) sampai ke taraf kelas II – III SD. Orang yang mengalami retardasi mental sedang umumnya ada profil kesenjangan (disrepancy) dari kemampuan, beberap memiliki kemampuan lebih tinggi dalam visio- spacial daripada tugas tugas yang tergantung dengan bahasa, sedangkan kemampuan lainnya Nampak canggung namun msih dapat melakukan interaksi social dan percakapan sederhana (kemampuan bahasa sangat bervariasi mulai dari  percakapan sederhana sampai hanya dapat berkomunikasi seadanya hanya untuk kebutuhan dasar).Terdapat keterlambatan perkembangan yang nyata pada masa kanak kanak. sebagian besar dari penyandang retardasi mental sedang dapat dilatih mengembangkan beberapa tahap kemandirian dalam memelihara diri sendiri seperti makan, mandi danberpakaian sendiri. mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring, membersihkan rumah dsb. bisa menghitung 1 – 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku, namun pada saat dewasa pasien akan membutuhkan berbagai tingkat dukungan untuk dapat hidup dan bekerja di masyarakat. (Maslim, 2001 ;Nuhriawansa 2011; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983).



b.   Penyebab Retardasi Mental

1.             Faktor Prenatal


Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007). Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)




2. Faktor Psikososial

Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002)  Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari generasi ke generasi (Nevid, 2002).

Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial. (Durand, 2007)

3. Faktor Biologis

       a. Pengaruh genetik

Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen) (Abuelo, 1991, dalam Durand, 2007) Salah satu gangguan gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental (Vinken dan Bruyn, 1972, dalam Durand 2007).  Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.



b. Pengaruh kromosomal

Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand, 2007). Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.

                   1. Down syndrome

Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21. (Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)



                   2. Fragile X syndrome

Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).





c.    Akibat Yang Menyertai Retardasi Mental

1.      Akibat Bagi Anak

Akibat yang ditimbulkan oleh gangguan retardasi mental bagi anak yang mengalaminya antara lain sebagai berikut :

Ø  Konsep diri yang seharusnya positif menjadi negatif

Ø  Dalam mengingat sulit jika tidak diurutkan dari awal

Ø  Sulit meraih sukses dan menyelesaikan karir sekolahnya

2.      Akibat Pada Orang Tua dan Guru

Karena dengan kecendrungan Retardasi mental banyak kata-kata/ simbol-simbol susah di ingatnya jika tidak berurutan dari pertama dia lihat sehingga orang tua harus banyak meluangkan waktu pada anak yang terkena gangguan Retardasi Mental dan harus membuat simbol/ kata-kata/ kegiatan yang berurut dari awal.

Bagi guru yang mengajari anak Retardasi Mental harus banyak bersabar dalam mengajar jika mengenalkan pada anak simbol/ kata-kata agar si anak bisa memahaminya.

Terkadang orang tua dan guru menjadi hilang kesabaran dalam memberikan simbol/ kata-kata yang harus berurut dan tidak boleh acakan pada anak yang menggalami Retardasi Mental.



d.    Penanganan Terhadap Retardasi Mental

Pencegahan retardasi mentaldapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

1. Pencegahan Primer

Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mentaldapat dilakukan dengan:a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.b. Perbaikan keadaan social-ekonomi.c. Konseling genetik.d. Tindakan kedokteran, antara lain:1) Perawatan prenatal dengan baik;2) Pertolongan persalinan yang baik;3) Pencegahan kehamilan usia sangat muda (usia ibu kurang dari20 tahun) dan terlalu tua (usia ibu lebih dari 46 tahun).



2. Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapatdilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dangangguan lainnya