A.
Pembahasan
a.
Sekilas Tentang Retardasi Mental
Keterbelakangan
mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan
dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang
atau sedikit danfren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai
dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan
berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif ( W.F.
Maramis, 2005 ).
Menurut
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III (PPDGJ III)
retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial ( Salmioah S, 2010 ).
Menurut American
Association Mental Retardation (AAMR, 2002 ) retardasi mental adalah suatu
disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik
dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam
keterampilan konseptual, social dan praktis. Menurut Diagnostic and
Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) retardasi mental adalah sama dengan
definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70( Salmioah S, 2010 ).
Klasifikasi
retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM
III 1995) adalah
a. Retardasi
mental ringan (F.70) (debil)
IQ berkisar
antara 50 sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan. umur mental 8 -11
tahun. dapat dilatih dan dididik. dapat merawat dirinya dan melakukan semua
pekerjaan di rumah.Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal
sebelum mulai bersekolah. Pemahaman dan penggunaan bahasa hanya sedikit
terlambat. tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga
istimewa atau Sekolah Luar Biasa. pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum
tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang
kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD – 3 tahun) (Maslim,
2001 ; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983)
Di usia
remaja kemampuan berbicara yang mempengaruhi kemandirian dapat menetap, namun
untuk kebutuhan sehari hari kebanyakan dapat mandiri penuh dapat merawat diri
sendiri dan mencapai ketrampilan praktis, keterampilan rumah tanggadapat
mempertahankan hubungan social dan berperan di masyarakat. Kesulitan biasanya
dalam bidang akademis terutama dalam kemampuan membaca dan menulis. dalam
keadaan cocok Mereka dapat bekerja mencari nafkah ketika dewasa, pekerjaan yang
tidak memerlukan keterampilan yang rumit – tetapi tak dapat bersaing dengan
orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila
ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. dan mereka
dapat berumah tangga. tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit
yang dapat difahami.kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau
hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh
karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.Sinonim: Feeble
minded, moron hight grede defect, mild mental subnormality. (Maslim, 2001
;Nuhriawangsa 2011)
b. Retardasi
mental sedang (F71) (imbecile ringan)
Antara IQ
35 hingga 49 umurmental 4 – 8 tahun. Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable
&Educable) sampai ke taraf kelas II – III SD. Orang yang mengalami
retardasi mental sedang umumnya ada profil kesenjangan (disrepancy) dari
kemampuan, beberap memiliki kemampuan lebih tinggi dalam visio- spacial
daripada tugas tugas yang tergantung dengan bahasa, sedangkan kemampuan lainnya
Nampak canggung namun msih dapat melakukan interaksi social dan percakapan
sederhana (kemampuan bahasa sangat bervariasi mulai dari percakapan
sederhana sampai hanya dapat berkomunikasi seadanya hanya untuk kebutuhan
dasar).Terdapat keterlambatan perkembangan yang nyata pada masa kanak kanak.
sebagian besar dari penyandang retardasi mental sedang dapat dilatih mengembangkan
beberapa tahap kemandirian dalam memelihara diri sendiri seperti makan, mandi
danberpakaian sendiri. mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. dapat
dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring,
membersihkan rumah dsb. bisa menghitung 1 – 20, mengetahui macam-macam warna
dan membaca beberapa suku, namun pada saat dewasa pasien akan membutuhkan
berbagai tingkat dukungan untuk dapat hidup dan bekerja di masyarakat. (Maslim,
2001 ;Nuhriawansa 2011; Santrock 2008 ; Ghosali, 1983).
b.
Penyebab Retardasi Mental
1.
Faktor
Prenatal
Penggunaan berat alkohol pada
perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang mereka lahirkan yang
disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang
memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan
kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007). Penyakit ibu yang juga
menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes
genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala,
menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi mental.
Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan
perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga
dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat
yang mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)
2. Faktor Psikososial
Seperti lingkungan rumah atau
sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual,
penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi
kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002) Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin
kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa
melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal
mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi
untuk belajar keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer.
Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat
menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak,
mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif.
Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari
generasi ke generasi (Nevid, 2002).
Kasus yang berhubungan dengan
aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial
retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap
gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial.
(Durand, 2007)
3.
Faktor Biologis
a.
Pengaruh genetik
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping
pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi mental mungkin dipengaruhi
oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen) (Abuelo, 1991, dalam Durand,
2007) Salah satu gangguan gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang
relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60% penderita
gangguan ini memiliki retardasi mental (Vinken dan Bruyn, 1972, dalam Durand
2007). Phenyltokeltonuria (PKU)
merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran
(Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme
asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic,
menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang
mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
b. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah
46 baru diketahui 50 tahun yang lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand,
2007). Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma
Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah
penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah teridentifikasi
yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
1.
Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental
kromosomal yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya
oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah
kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21.
(Durand, 2007). Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini
pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ
antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam
Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan
retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan
kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga
mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47. Anak dengan sindrom down dapat
dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar,
hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit
dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan
yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional
dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom
down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara
mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan
kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)
2.
Fragile X syndrome
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari
retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi
mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam
Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh,
sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena
mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk
mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan
retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang
tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom
ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).
c.
Akibat Yang Menyertai Retardasi Mental
1.
Akibat Bagi Anak
Akibat yang ditimbulkan oleh gangguan retardasi
mental bagi anak yang mengalaminya antara lain sebagai berikut :
Ø Konsep diri yang seharusnya positif menjadi negatif
Ø Dalam mengingat sulit jika tidak diurutkan dari awal
Ø Sulit meraih sukses dan menyelesaikan karir
sekolahnya
2.
Akibat Pada Orang Tua dan Guru
Karena dengan kecendrungan Retardasi mental banyak
kata-kata/ simbol-simbol susah di ingatnya jika tidak berurutan dari pertama
dia lihat sehingga orang tua harus banyak meluangkan waktu pada anak yang
terkena gangguan Retardasi Mental dan harus membuat simbol/ kata-kata/ kegiatan
yang berurut dari awal.
Bagi guru yang mengajari anak Retardasi Mental harus
banyak bersabar dalam mengajar jika mengenalkan pada anak simbol/ kata-kata
agar si anak bisa memahaminya.
Terkadang orang tua dan guru menjadi hilang
kesabaran dalam memberikan simbol/ kata-kata yang harus berurut dan tidak boleh
acakan pada anak yang menggalami Retardasi Mental.
d.
Penanganan Terhadap
Retardasi Mental
Pencegahan
retardasi mentaldapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan
sekunder.
1. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mentaldapat dilakukan
dengan:a. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.b. Perbaikan keadaan
social-ekonomi.c. Konseling genetik.d. Tindakan kedokteran, antara lain:1)
Perawatan prenatal dengan baik;2) Pertolongan persalinan yang baik;3)
Pencegahan kehamilan usia sangat muda (usia ibu kurang dari20 tahun) dan
terlalu tua (usia ibu lebih dari 46 tahun).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapatdilakukan
dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dangangguan lainnya