2015-01-13

PERKEMBANGAN HIDUP MANUSIA BERDASARKAN TEORI ERIKSON

I.                   Riwayat Hidup Tokoh
Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada tanggal 15 juni 1902. Ayahnya adalah seorang laki-laki berkebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan tidak mau mengaku Erikson sebagai anaknya sewaktu masih dalam kandungan dan langsung meninggalkan ibunya. Ibunya bernama Karla Abrahamsen yang berkebangsaan Yahudi. Saat Erikson berusia tiga tahun ibunya menikah lagi dengan seorang dokter bernama Theodore Homburger, kemudian mereka pindah kedaerah Karlsruhe di Jerman Selatan. Nama Erik Erikson dipakai pada tahun 1939 sebagai ganti Erik Homburger.
Pertama kalinya Erikson belajar sebagai “child analyst” melalui sebuah tawaran dari Anna Freud di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu kurang lebih tahun 1927-1933. Kemudian pada tanggal 1 April 1930 Erikson menikah dengan Joan Serson, seorang sosiologi Amerika yang sedang penelitian di Eropa. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan di sana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa. Pada tahun1939 Erikson pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga Negara tersebut.

II.                Tahap Perkembangan Hidup Manusia

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.


Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
* Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
* Dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
* Bayi sangat tergantung dari pengasuhan
* Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)  Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
* masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
* Latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting
* Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
* Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
1 masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.

2 Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
3 Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
4 Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
1 Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
2 Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
3 Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
4 Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
5 Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
6 Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
7 Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun.
1 Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
2 Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya.
3 Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme.
4 Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
5 Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
6 Bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
7 Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.

Tahap 6 Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun).
1        Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain.
2        Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.
3        Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
4        Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
            Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) Terjadi selama masa pertengahan dewasa.
1 Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
2. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia .
3. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) Terjadi selama masa akhir dewasa cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
1 Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
2  Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
3 Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
4   Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

III. Pengertian Generatifitas Teori Erikson
Generativitas adalah istilah yang diberikan Erikson untuk usia dewasa tengah baya yang sedang fokus memberikan perhatian untuk membangun dan membimbing generasi berikutnya.
Dewasa tengah baya ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik.
Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.  

Generatifitas mencakup kesadaran bahwa "tak seorang pun di sini kecuali kita." Dewasa tengah merasakan bahwa dia sekarang bertanggung jawab atas dunia. Mereka menyadari akan dampak pribadinya di dunia dalam lingkup: pertama, kontribusinya yang menuntut rasa tanggungjawabnya. Kedua akuntabilitasnya, seperti contoh: "Saya bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan", dan p "Aku punya tanggung jawab atas apa yang telah saya ciptakan".  
Kreativitas dewasa awal berbeda dengan generatifitas dewasa tengah baya. Generatifitas tidak hanya sekedar produktif atau kreatif. Generatifitas melibatkan pengasuhan orang lain. Dengan kata lain, produktivitas dan kreativitas ditujukan ke arah perkembangan orang lain. Ekspresi kreatif didominasi oleh apa yang diharapkan orang lain dan keinginan untuk membuktikan kemampuan. Generatifitas menyerap dorongan untuk membuktikan diri sendiri dan mengekspresikan diri dalam kapasitas untuk menyatakan kemampuan diri sendiri.  
Generatifitas adalah hal yang sangat penting bagi laki-laki dan perempuan dewasa tengah. Tugasnya memiliki banyak bentuk. Lowenthal dalam penelitiannya, menemukan kebanyakan perempuan mengalami peningkatan ketidakpuasan perkawinan. Hal ini terjadi bukan karena masalah monopause, melainkan karena masalah generatifitas. Jika perempuan hanya mampu memberi kontribusinya dalam hal keluarga, ia lebih cenderung untuk kecewa oleh perubahan hidup. Baginya tantangannya adalah untuk menemukan daerah baru dan menyatkan energinya